Dalam Kitab Ushfuriyah
Diterangkan:
;
عَنْ سُفْيَانَ عَمَّنْ سَمِعَ مِنْ اَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ
تَعَالَى عَنْهُ يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْأَعْمَالَ الْأَحْيَاءِ تُعْرَضُ عَلَى عَشَآئِرِهِمْ
وَعَلَى آبَآئِهِمْ مِنَ الْأَمْوَاتِ فَإِنْ
كَانَ خَيْرًا حَمِدُوا اللهَ تَعَالَى وَاسْتَبْشِرُوْا وَإِنْ يَرَوْا غَيْرَ ذٰلِكَ
قَالُوْا : اَللهم لَا تَمُتُّهُمْ حَتَّى تَهْدِيْهِمْ هِدَايَةً فَقَالَ عَلَيْهِ
السَّلَامَ يُؤْذِى الْمَيِّتِ فِى قَبْرِهِ كَمَا يُؤْذِى فِى حَيَاتِهِ قِيْلَ مَا
اِيْذَاءُ الْمَيِّتِ قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامَ اِنَّ الْمَيِّتَ لَايَذْنَبُ وَلَايَتَنَازَعُ
وَلَايَخَاصَمُ أَحَدًا وَلَايُؤْذِى جَارًا إِلَّا أَنَّكَ اِنْ نَازَعْتَ أَحَدًا
لَابُدَ اَنْ يَسْتَمَكَ وَوَالِدَيْكَ فَيُؤْذِيَانِ عِنْدَ الْاُسَاةِ وَكَذٰالِكَ
يَفْرَحَانِ عِنْدَ اْلإِحْسَانِ فِى حَقِّهِمَا.
Dari Sufyan, dia dari seseorang
yang pernah mendengar dari Anas bin Malik ra. dia berkata, Rasulullah saw.
bersabda : “ Sesungguhnya amal-amal (perbuatan) mereka yang masih hidup itu
bisa diperlihatkan kepada keluarga dan ayah-ayahnya yang sudah meninggal dunia.
Jika amal tersebut baik maka mereka merasa gembira dan memuji Allah swt. akan
tetapi jika amal tersebut buruk, maka mereka (para mayit) berdo’a ‘Ya Allah,
janganlah Engkau tutup usianya sebelum Engkau memberi petunjuk kepada mereka’
“. Kemudian, Rasulullah saw. bersabda : “ Mayit yang ada di dalam kubur itu
juga bisa merasakan sakit, apabila dia disakiti sebagaimana halnya saat dia
masih hidup ”. ‘Apa yang dapat menyakiti
si mayit?’ demikian beliau ditanya. Rasulullah saw. menjawab, “ Jika engkau
bersengketa dengan seseorang, kemudian orang tersebut mencacimu dan mencaci
kedua orang tuamu (yang sudah meninggal). Maka, si mayit yang sama sekali tidak
merasa berdosa, bersengketa dan bersitegang (bermusuhan) kepada orang itu serta
tidak merasa menyakiti hati tetangga, akan turut juga terkena cacian dari orang
tersebut. Jadi, si mayit akan merasa disakiti hatinya jika dijelek-jelekkan (di
caci-maki). Begitu juga sebaliknya, si mayit akan merasa senang hatinya jika
dibagus-baguskan (di puji).” (Dinukil dari Kitab‘Ushfuriyyah)
Tahukah? Orang Mati Bisa Melihat Keadaan Orang Hidup
Dalam salah satu kitab yang
membahas tentang hal ini, yaitu kitab yang berjudul "Ar-Ruh" karya
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menjelaskan banyak dalil bahwa orang yang telah
meninggal dunia mengetahui jika diziarahi dan menjawab salam jika disalami.
Sebuah hadits dari Nabi saw. menjelaskan : "Jika seseorang berziarah
kepada makam saudaranya, dan duduk dekat pusara saudaranya itu, maka saudaranya
yang telah meninggal dunia itu akan merasa tenang dan menjawab salamnya, sampai
orang tadi berdiri pergi meninggalkan pemakaman".
Bahkan, di halaman-halaman
berikutnya Ibnu Qayyim menjelaskan banyak pendapat sekaligus dalil bahwa
perbuatan dan tindakan orang-orang yang masih hidup disiarkan secara langsung
kepada kerabatnya yang telah meninggal dunia; jika mereka melihat amal
keluarganya itu baik, maka mereka akan gembira dan bahagia. Namun, jika mereka
melihat amal keluarganya jelek, maka mereka berusaha mendo’akannya agar Allah
memberi petunjuk kepada keluarganya.
Ibnu Qayyim membagi ruh menjadi
dua :
- Ruh yang disiksa
- Ruh yang bergelimang nikmat
Ruh-ruh yang disiksa, disibukkan
oleh siksaan yang dialaminya sehingga tidak sempat saling bertemu atau
berkunjung. Sedangkan ruh yang mendapat nikmat, dalam keadaan bebas tidak
ditahan sehingga bisa ke mana saja untuk saling berkunjung, bahkan
memperbincangkan masa lalu mereka saat hidup di dunia.
Lalu, apakah ruh-ruh orang yang
meninggal dunia bisa bertemu dengan orang yang masih hidup?
Ibnu Qayyim berkata, bisa, yaitu
melalui mediasi dunia mimpi saat orang yang masih hidup sedang tidur, saling
bicara, ngobrol tentang apa saja, bahkan tentang yang terjadi di dunia, dan
cerita soal ini sangat banyak sekali kita dengar. Salah satunya terjadi di
zaman Nabi saw.,yaitu yang dialami oleh
sahabat-sahabat beliau.
Diriwayatkan, bahwa ada dua
sahabat Nabi saw. yang saling berteman karib (akrab), yaitu Auf bin Malik dan Sha'b
bin Jutsamah, keduanya membuat sebuah kesepakatan, jika salah satu dari
keduanya meninggal dunia lebih dulu, maka jika bisa, yang meninggal dunia lebih
dulu harus datang di mimpi yang masih hidup.
Beberapa waktu kemudian Sha'b
meninggal dunia, dan dia datang ke mimpi Auf, Auf pun melihatnya di mimpi dan
keduanya mulai berbincang.
"Apa yang kau alami di
sana?" tanya Auf.
"Alhamdulillah, Allah
mengampuni dosa-dosaku" jawab Sha'b. Hanya saja Auf melihat bercak hitam
di leher Sha'b.
"Apa ini?" tanya Auf.
"Oh, ini sebab hutangku pada
seorang Yahudi, 10 Dinar, belum aku bayar, tolong bayarkan hutangku, uangnya
ada di kotak di rumahku, tempatnya di sudut." kata Sha'b.
"Auf, aku beri tahu kamu,
bahwa semua kabar keluargaku sepeninggalku, seluruhnya sampai kepadaku, bahkan
kucing kami yang barusan mati beberapa hari lalu," lanjut Sha'b menutup
pertemuan itu.
Setelah itu, Auf terbangun dengan
penuh keheranan, dan langsung bergegas ke rumah sahabatnya itu untuk
membuktikan apakah mimpi itu benar. Setelah sampai di rumah sang sahabat,
ternyata apa yang dikatakan di mimpi tadi memang benar. Uang 10 Dinar juga
ditemukan di sebuah kotak di sudut rumah, dan oleh Auf diambil untuk dibayarkan
pada Yahudi tadi.
Namun, Auf bertanya pada Yahudi
tadi apa benar Sha'b berhutang padanya 10 Dinar dan belum sempat dibayar?
Yahudi tadi membenarkan jika Sha'b berhutang padanya.
Lalu, Auf kembali ke rumah Sha'b,
dan bertanya pada Istri Sha'b, apakah terjadi sesuatu di rumah ini? Istri Sha'b
menjawab, tidak terjadi apa-apa, kecuali kucing yang mati beberapa hari lalu.
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا فَإِنَّهَا تُزَهِّدُ
فِي الدُّنْيَا وَتُذَكِّرُ الْآخِرَةَ
Dari Ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah
saw. bersabda: "Aku telah melarang kalian untuk berziarah kubur, sekarang
berziarahlah. Karena ia dapat menjadikan zuhud di dunia dan mengingatkan dengan
akhirat." (HR. Ibnu Majah)
Dari keterangan hadits-hadits di
atas dan riwayat dari sahabat Nabi saw. tersebut menjadikan bukti kuat bahwa
orang yang telah meninggal dunia bisa mengetahui keadaan orang yang masih hidup
terutama keluarganya. Bahkan, perintah Nabi saw. kepada umatnya untuk mengirim
doa, bacaan Al-Qur’an dan ziarah kubur serta membaca salam kepada ahli kubur
ketika masuk pemakaman menjadi bagian bukti kuat bahwa orang yang sudah
meninggal dunia sangat mengharap doa dan bisa menjawab salam orang yang masih
hidup.
Wallahu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar